1.
Perkenalkan Matematika sebagai Teman.
Suatu ketika Anda dibelikan mainan baru oleh orang tua
Anda, apa yang akan terjadi kemudian? Saya yakin Anda tidak akan mau
jauh-jauh dari mainan tersebut. Mengapa Anda bisa sebegitu dekat dengan
mainan tersebut? Tentu hal ini karena Anda mengenal mainan itu sebagai
alat yang menyenangkan, coba sebaliknya jika Anda mengenal mainan
seperti hewan buas yang akan membunuh Anda, mana mungkin Anda berani
menyentuhnya. Hal yang sama juga berlaku pada matematika, jika ia
diperkenalkan sebagai monster, tentu tidak akan menarik minat siswa
dalam mempelajarinya. Maka dari itu, cobalah memperkenalkan matematika
sebagai sahabat yang baik hati, karena memang matematika telah berjasa
di dalam kehidupan manusia.
Memperkenalkan matematika kepada siswa bukan hal yang
sulit, asal cara mengenalkannya dengan metode yang menyenangkan. Apalagi
anak-anak yang masih berada di jenjang pendidikan dasar, mereka
cenderung menyukai suatu pelajaran justru karena gaya mengajar sang
guru. Boleh jadi di kelas 4 sang murid menyukai pelajaran IPA karena
gurunya baik, tapi begitu naik kelas terjadi pergantian guru dengan guru
yang kejam, sang murid malah membenci pelajaran IPA. Itulah sebabnya
lebih baik jika guru tidak usah mengatakan pelajaran matematika itu
adalah center of knowledge dan mata pelajaran yang paling
mulia. Karena dalam pandangan murid bisa-bisa matematika itu adalah
pelajaran yang sombong, mana ada orang yang mau berkenalan dengan orang
sombong? Jika pada perkenalan pertama sudah berkesan buruk, maka pada
tahap selanjutnya yang muncul hanyalah permusuhan, bukan kecintaan.
Setelah anak-anak kenal baik dengan matematika, agar
persahabatan tetap akrab, maka ajarkanlah agar para siswa jangan
jaim (jaga image) di hadapan matematika. Inilah yang
sering diungkapkan guru matematika favorit saya yaitu pak Irwan S.Pd.I.
Maksudnya adalah setelah para murid akrab dengan matematika, mereka
harus mau peduli pada matematika, dengan cara rajin mempelajarinya,
sering mengerjakan soal-soal, dan tidak malu bertanya jika tidak paham.
2. Jadikan
Matematika sebagai Jawaban dari ‘Mengapa’ dan ‘Bagaimana’.
Ingin jadi saintis? caranya gampang, cukup mencari
pertanyaan yang diawali dengan mengapa atau bagaimana, kemudian
mengambil hipotesis lalu diuji dengan eksperimen, hal inilah yang
mengantarkan Ivan Kristanto seorang siswa Indonesia menjadi juara
olimpiade matematika tingkat dunia. Matematika sebagai salah satu natural
science sebenarnya tidak memerlukan banyak hafalan. Acap kali guru
hanya memberi rumus belaka tanpa mengajarkan bagaimana cara mendapatkan
rumus tersebut, padahal modal utama dalam mengajarkan matematika adalah
menumbuhkan semangat keingintahuan.
Akibat buruk dari metode mengajar semacam ini adalah para
murid akan menganggap matematika sebagai mata pelajaran yang sulit,
sebenarnya jika mereka memahami konsep matematika tidak akan terasa
sulit sama sekali, sebab ia berasal dari kehidupan sehari-hari.
Tidak salah jika ada yang mengatakan matematika adalah
pelajaran tergampang. Buktinya tanpa mengulang-ulang pelajaran
matematika selama bertahun-tahun jika paham konsep dasarnya kita masih
lebih mudah mengingat daripada pelajaran sejarah, geografi, dan biologi
yang bila tidak dipelajari selama setahun saja sudah banyak materi yang
terlupakan.
3. Jangan
Ragu Bereksperimen.
Setiap manusia mempunyai naluri untuk mencari tahu keadaan
sekitarnya, apalagi pada masa anak-anak, di saat pengalaman masih
sedikit. Keingintahuan dan eksperimen adalah hal yang mutlak ada dalam
dunia matematika. Orang yang jenius sebenarnya bukanlah orang yang mampu
menjawab semua soal pada saat ulangan, karena bisa saja terjadi
kecurangan berupa menyontek ataupun mengopek, tapi orang yang jenius
adalah orang yang memikirkan hal yang tidak dipikirkan orang lain karena
keingintahuannya kemudian ia melakukan serangkaian penelitian.
Inilah yang harus dikembangkan di kalangan siswa, bukannya
malah memendam bakat mereka. Dengan demikian mereka akan lebih mudah
menyerap pelajaran, karena apa yang ia dapatkan berasal dari
pengalamannya sendiri, bukankah pepatah telah berkata bahwa pengalaman
adalah guru terbaik? Biarkanlah mereka mengutak-atik rumus-rumus
matematika sesuai selera mereka, asal tidak melanggar kaidah matematika.
Demikian juga halnya dengan para guru, jangan ragu untuk
bereksperimen bila diperlukan, tidak usah segan dengan metode lama yang
tidak tertutup kemungkinan mempunyai kelemahan. Ketika Al-Biruni pada
akhirnya berhasil membuktikan bahwa bumi mengelilingi matahari, dunia
ilmiah tercengang, padahal menurut teori yang telah mapan bersumber dari
ilmuwan Yunani bahwa matahari mengintari bumi. Beberapa tahun yang lalu
Septi Peni Wulandari, seorang ibu rumah tangga berhasil menemukan
metode jarimatika yang merupakan revolusi atas sistem perkalian yang
cukup membingungkan.
Ini adalah bukti bahwa ilmu pengetahuan senantiasa
berkembang, dan sebagai guru yang bijak, janganlah mau terpaku dalam
cara-cara lama yang mempunyai kelemahan. Cobalah hal-hal baru, gagal
bukan merupakan masalah, yang penting adalah kita telah mencoba untuk
berhasil. Dalam dunia ilmiah, para perintis tak kalah hebatnya dengan
para penyempurna setelahnya.
4. Mulailah
dari Soal-Soal yang Mudah.
Kebanyakan orang menganggap komputer lebih cerdas daripada
otak manusia, padahal komputer jika dimasukkan data yang banyak justru
akan semakin lambat, dan bila dipakai dalam waktu yang lama tentu akan
rusak. Tidak demikian halnya dengan otak manusia, semakin sering ia
dilatih dan dirangsang dengan mempergunakannya justru akan semakin
cerdas. Ketika seseorang paham konsep dasar matematika, ia harus
melatihnya agar konsep tersebut tidak hilang dari ingatan. Caranya
adalah dengan aktif mengerjakan soal-soal, selain itu hal ini juga
bermanfaat untuk meningkatkan kemampuannya dalam mengasah daya analisis
guna menerapkan konsep matematika dalam kehidupan sehari-hari.
Agar belajar menjadi efektif, mulailah dari soal-soal yang
mudah terlebih dulu, tujuannya agar konsep yang masih mengambang
tersebut menjadi terpatri di dalam ingatan sang murid. Setelah ia
menguasai soal-soal yang mudah, barulah beranjak menuju soal-soal yang
lebih sulit dan begitu seterusnya. Adalah suatu hal yang sia-sia ketika
seorang guru mengajarkan suatu teori dalam sekali pertemuan kemudian
langsung memberikan latihan yang sulit, hal ini hanya akan menambah muak
bagi siswa dalam mempelajari matematika.
5. Jangan
Membahas Materi Selanjutnya jika Siswa Belum Paham Materi yang Masih
Diajarkan.
Berdasarkan lama memori yang disimpan, memori otak manusia
terbagi 3, yaitu sensor memory ( dalam jangka 30 detik ), short
term memory ( ingatan jangka pendek ), dan long term memory
(ingatan jangka panjang). Sebenarnya semua yang masuk ke dalam otak
akan disimpan, tetapi ada yang benar-benar berkesan sehingga mudah untuk
dimunculkan kembali, dan ada juga yang masih mengambang sehingga mudah
untuk terlupakan. Selain itu adanya interupsi dan percampuran ingatan
dapat membuat kebingungan.
Setiap guru mempunyai keinginan agar apa yang ia ajarkan
dapat dikuasai dengan cepat, namun niat mulia ini tidak akan berguna
jika sang murid belum memahami pelajaran tersebut dengan baik. Dampaknya
siswa akan semakin malas belajar dan berharap materi tersebut cepat
selesai agar ia cepat pulang ke rumah, semakin ini terjadi malah akan
menimbulkan kebingungan yang berkepanjangan. Ibaratnya ke langit tidak
sampai ke bumi tidak terjejak, ilmu yang masih menggantung itu tidak
akan bisa digunakan dan hanya menumbuhkan rasa pesimis terhadap
pelajaran matematika.
6. Bermain
dengan Waktu.
Modernisasi menyebabkan semuanya menjadi lebih cepat,
pekerjaan yang biasanya dilakukan secara manual menjadi otomatis, jarak
yang jauh dapat ditempuh dalam waktu singkat, dan komunikasi mempercepat
koordinasi dalam melaksanakan kegiatan.
Dengan keadaan yang demikian, tidak ada salahnya para guru
juga melatih kecepatan siswa-siswanya dalam melaksanakan tugas yang
diberikan. Tidak dapat dipungkiri kini manusia membutuhkan kecepatan
dalam kehidupannya agar segala sesuatu menjadi lebih efisien. Manfaat
lain dari melatih kecepatan siswa dalam menyelesaikan soal-soal adalah
agar mereka menjadi lebih mahir di bidang matematika, biar bagaimanapun
menguasai konsep saja terkadang tidak cukup, dibutuhkan juga kemahiran
untuk menguasai sebuah bidang. Banyak orang yang menguasai konsep suatu
bidang tapi sedikit yang mahir di bidang tersebut, dan yang dipakai
ternyata adalah mereka yang mahir, bukan yang sekadar mengerti konsepnya
saja.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar